Minggu, 06 Desember 2009
PELAJARAN
coding untuk membuat bingkai dan rata-rata
#include
#include

void rata2();
void bingkai();

void main()
{
bingkai();
rata2();
}

void bingkai()
{
clrscr();
for(int i=1;i<=40;i++)
printf("x");
for(int i=1;i<=20;i++)
{
gotoxy(1,i);
printf("x");
}
for(int i=1;i<=20;i++)
{
gotoxy(40,i);
printf("x");
}
for(int i=3;i<=18;i++)
{
gotoxy(38,i);
printf("@");
}
for(int i=1;i<=40;i++)
{
gotoxy(i,20);
printf("x");
}
for(int i=3;i<=18;i++)
{
gotoxy(3,i);
printf("@");
}
for(int i=3;i<=38;i++)
{
gotoxy(i,3);
printf("@");
}
for(int i=3;i<=38;i++)
{
gotoxy(i,18);
printf("@");
}
}


void rata2()
{
int number=0,angka=0,i;
float hasil=0;
gotoxy(5,5);
printf("Masukkan banyaknya data (1-7)");
scanf("%d",number);

if(number>7)
{
gotoxy(5,6);
printf("Banyak data lebih dari 7");
}
else
{
for(int i=1;i<=7;i++)
{
gotoxy(5,6);
printf("Input Data ke-%d: ",i);
....
....
}
gotoxy(5,12);
printf("rata-rata adalah %.2f",hasil/number);
}
getch();
}


AGAMA
Tanda-tanda Mencolok Tentang Kedatangan YESUS
Tanda Akhir Zaman
Kalau saya bertanya kepada anda “Apakah anda percaya bahwa Tuhan Yesus akan segera kembali?” saya pasti akan mendapat jawaban yang penuh keyakinan: “Tentu saja!” Tidak perlu kita ragu-ragukan bahwa kita sedang hidup pada akhir zaman dan kedatangan Yesus sudah dekat sekali. Nabi Yoel berkata dalam Yoel 1:15, “Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.” Mungkin ada yang berkata, tapi itu kan sudah dituliskan lebih dari dua ribu tahun yang lalu? Tidak salah, ayat itu dituliskan sekitar duaribu lima ratus tahun yang lalu. Tapi ayat ini menggambarkan keadaan dunia pada akhir zaman, dimana penduduk dunia akan menerima pehukuman dari Tuhan oleh karena kejahatan mereka yang telah memuncak. Kita yang hidup pada zaman ini, baik yang percaya kepada Alkitab maupun yang tidak percaya semuanya tidak ada yang membantah bahwa kita sedang hidup dizaman apabila kejahatan manusia sedang mencapai puncaknya.

Sekarang mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh penulis Alkitab yang terakhir, rasul Yohanes, dalam Wahyu 22:7, “"Sesungguhnya Aku datang segera.” dan didalam pasal yang sama ayat yang ke 20: "Ya, Aku datang segera!"

Nah, sekali lagi saya bertanya: “Apakah anda percaya Yesus akan kembali dengan segera?” Jawab saya adalah: “Tentu saja!” “Apakah kita dapat menentukan tanggalnya dengan pasti kapan Dia akan kembali?” “Jelas tidak dapat!” Tanggalnya tidak dapat kita tentukan. Hari dan jamnya, tidak diketahui seorang pun juga! Tapi berulang-ulang kali Yesus sendiri mengatakan bahwa kalau itu sudah dekat, kita akan mengetahuinya. Melihat tanda-tanda yang Dia berikan yang akan menunjukkan waktu kedatanganNya sudah dekat, hampir semuanya sudah di genapi, kita dapat merasa yakin, seyakin-yakinnya bahwa hal itu sudah tidak lama lagi.

BERITA DARI LUAR
Bank Century dan Amputasi Korupsi

Jakarta - Panggung Politik Nasional terus menggeliat. Kabar Paling Anyar adalah kasus mega korupsi Bank Century yang hingga kini masih terus diselediki melalui jalur hak angket DPR RI. Keluarnya hak angket ini membuktikan bahwa aroma kurupsi dalam kasus ini terasa begitu kental. Namun, harus diakui sangat tidak mudah menelusi dan membuktikannya.

Demi 6,7 triliun uang rakyat kasus ini harus dibongkar sampai ke akar-akarnya. Belum lagi persoalan korupsi-koruosi lainnya yang hanya tinggal menunggu waktu pengungkapannya saja. Oleh karena itu persoalan pemberantasan korupsi adalah persoalan utama dan mendesak digulirkan. Mengapa demikian?

Karena di sinilah biang segala keterpurukan dan kegagalan bangsa ini mensejahterakan rakyatnya. Karena, hampir seluruh aset pembangunan dikorupsi dengan berbagai macam cara.

Berita korupsi datang dari berbagai penjuru angin. Kasus korupsi terjadi di semua level pemerintahan. Baik eksekutif, legislativf, dan yudikatif. Korupsi di negeri ini terjadi mulai Istana sampai ke kantor RT. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dari lahir sampai meninggal. Dari tempat ibadah sampai ke toilet. Sehingga, tak ada ruang, waktu, dan kesempatan yang tak terjamah oleh praktek korupsi.

Sementara itu wibawa alat penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan kian memudar di mata masyarakat karena ternyata mereka juga tidak bebas dari perilaku korupsi. Korupsi sepertinya telah membudaya dan menyatu dalam urat nadi kehidupan para pejabat negara ini.

Maka sangatlah wajar jika Transparency International pada tahun 2009 ini menempatkan negara kita sebagai negara terkorup pertama di Asia. Sementara untuk tingkat dunia Indonesia masih bertengger di deretan sepuluh besar. Untuk prestasi ini seharusnya kita malu. Apalagi mayoritas penduduk bangsa ini sangatlah religius dan memiliki nilai-nilai moral yang selalu dibanggakan.

Menurut Abdul Rahman Ibnu Khaldun (1332-1406), "di antara sebab utama korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah melalui jalan pintas. Korupsi yang dilakukan pada level atas akan menyebabkan kesulitan-kesulitan ekonomi dan kesulitan ini pada gilirannya menjangkitkan korupsi lebih lanjut. Justeru karena itu pemberantasan korupsi harus dimulai dari akarnya, yaitu pada level atas dan penanggulangannya harus pula melibatkan seluruh komponen bangsa" (The Art of Corruption, 2003, xi).

Persoalan korupsi di negara ini ibarat sebuah lingkaran setan yang tidak diketahui ujung pangkalnya. Dari mana mulai mengurai dan bagaimana mencegahnya. Korupsi sudah menjadi budaya masyarakat. Korupsi ini tidak hanya berlaku di sektor pemerintahan. Tetapi, juga sektor swasta namun jarang terekspos keluar.

Walhasil korupsi sudah mendarah daging di tubuh kita. Hanya jalur operasi (dipotong dan diangkat dari tubuh) untuk menguranginya. Itu pun belum menjamin kesembuhan penyakit kronis korupsi tersebut. Hari ini muncul kasus korupsi belum tuntas penyelesaiannya kemudian muncul lagi korupsi lain yang lebih besar. Belum tuntas juga muncul lagi korupsi lain yang tentunya lebih besar lagi. Begitulah seterusnya.

Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan selalu terkaget-kaget mendengar berita korupsi ini. Yang lebih memprihatinkan lagi bahwa perilaku korupsi juga telah menjangkiti orang-orang yang sangat dikenal memiliki integritas moral, nilai-nilai keagamaan, dan bahkan kalangan intelektual akedemis. Hal ini membuktikan bahwa korupsi bisa dilakukan oleh siapa pun dan dengan latar belakang agama apa pun juga.

Budaya dan Faktor Korupsi

Berbagai upaya untuk menberantas korupsi ini telah cukup banyak dilakukan pemerintah. Baik dari perbaikan kualitas perundang-undangannya (quality of law) maupun komitmen nilai lainnya dari pemerintah.

Sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia mencatat pada tahun 2003 didirikanlah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sedangkan pada tahun 2004 didirikan pengadilan khusus tipikor melalui inpress no 5 tahun 2004. Dan, pada tahun 2005, dimunculkan Tim Tastipikor, melalui keppres no 11 tahun 2005. Hingga akhirnya hadir KPK yang kini banyak ditakuti banyak pihak.

Lalu pertanyaannya apakah semua langkah yang diambil ini sudah efektif dan mampu berbuat banyak dalam memberantas korupsi. Jawabannya tentu belum dan masih jauh dari harapan yang dicita-citakan. Keberadaan lembaga-lembaga ini belum mampu memberantas dan membuat efek jera bagi para pelakunya apalagi me-nusakambang-kan para koruptor ini.

Menurut hemat penulis pola pemberantasan korupsi yang ada belum cukup manjur mengeliminir keinginan seseorang untuk melakukan korupsi. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor di antaranya yaitu:

Pertama, menurut Robert Merton yang terkenal dengan teorinya tentang "means-ends scheme", bahwa korupsi merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.

Ini menjadi tantangan budaya kita yang cenderung menghargai orang yang lebih kaya daripada orang yang miskin. Cerminan budaya yang masih berlangsung di masyarakat ini setidaknya memiliki andil besar dalam menumbuhkan semangat sesorang untuk melakukan korupsi. Ditambah lagi dengan adanya budaya "jalan pintas" dan sering meremehkan kualitas pekerjaan.

Ketika sesorang mendapatkan proyek maka yang terpikir adalah bagaimana caranya agar pengeluaran seminimal mungkin dengan kualitas hasil pekerjaan yang seadanya. Dari sinilah timbul pribadi-pribadi yang cenderung menghalalkan segala cara untuk menyelesaikan pekerjaaannya dan akhirnya menjadi seorang yang kaya.

Kedua, faktor kurangnya kesalehan sosial masyarakat kita. Mayoritas kita lebih senang mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan publik. Ketika seseorang melakukan korupsi berarti ia telah merampas hak-hak hidup orang lain. Kesadaran atas kesalehan sosial inilah yang sangat jarang terjadi karena mereka sudah menganut faham individualisme.

Ketiga, faktor birokrasi sistemik yang korup. Harus kita akui bersama bahwa korupsi seakan-akan sudah menjadi hal biasa, lumrah, dan wajar sehingga tak seorang pun yang merasa berpikir seratus kali untuk melakukan korupsi. Korupsi sudah benar-benar mendarah daging.

Kempat, law enforcement. Harus kita akui bahwa penegakan hukum di negara kita seakan berjalan di tempat. Terlalu banyak celah yang masih bisa dipergunakans esorang agar bisa lepas dari jeratan hukum akibat dugaan korupsi. Lebih lagi dengan mental aparat lainnya seperti kepolisian, jaksa, dan hakim yang kadang kala masih bisa dibeli hasil keputusannya.

Kelima, nihilnya figur pemberani yang siap mati memberantas korupsi. Hanya segelintir orang saja dari ratusan juta rakyat Indonesia yang berani menentang korupsi. Mereka hanya lilin kecil di tengah badai tsunami yang dahsyat.

Kita seakan tak punya harapan lagi untuk bangkit karena semua unsur inti masyarakat dan negara telah terjangkiti penyakit korupsi. Seseorang belum dikatakan lulus uji anti korupsi jika belum menjadi seorang pejabat. Karena bisa jadi, dulunya dia alim, anti korupsi, jujur, tapi setelah menduduki sebuah jabatan dia bisa berbalik 100% perilakunya. Dia akhirnya menjadi koruptor ulung dan sangat mahir menyiasati perilaku korupsinya.

Memang harus kita akui tidaklah mudah untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi secara menyeluruh dan sistemik. Pola-pola korupsi sudah semakin canggih dan terpola dengan rapi sehingga sangat samar dan bahkan sangat sulit dibuktikan di depan hukum.

Amputasi: Mungkinkah?

Melihat peliknya persoalan korupsi dan banyaknya faktor yang menjadi penyebabnya maka sudah saatnya metode pemberantasan korupsi dirubah dari sekedar di-"operasi" menjadi di-"amputasi". Hal ini bertujuan untuk benar-benar memotong mata rantai korupsi hingga ke akar-akarnya.

Mekanisme amputasi korupsi harus dilakukan secara sistematis dan penuh ketegasan. Langkah pertama dibutuhkan seorang pemimpin bangsa yang kuat, tegas, dan berani memberantas korupsi. Kita butuh semangat Perdana Mentri China Zhu Rongji yang pada pelantikannya di tahun 1998 dikenal dengan perkataannya, "untuk melenyapkan korupsi, saya menyiapkan 100 peti mati. 99 untuk para koruptor dan 1 untuk saya bila saya berbuat yang sama." Sepanjang ingatan penulis ungkapan ini belum pernah terucap oleh pemimpin di negeri ini.

Kedua, melakukan reformasi hukum lewat perundang-undangan secara menyeluruh. Saat ini begitu celah hukum yang bisa dijadikan tempat bersembunyi dan tempat pelarian para koruptor agar bebas dari tuntutan hukum.

Tak kalah pentingnya adalah reformasi para aparat penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Untuk kasus ini kiranya pemerintah (presiden) harus berani menindak tegas pelaku koruptor dengan hukuman seberat-beratnya dan juga berani memberantas mafia peradilan yang mengobok-obok sistem peradilan kita.

Ketiga, reformasi mentalitas masyarakat. Hal ini sangatlah penting karena ternyata hampir seluruh lapisan struktur dalam masyarakat tidak bebas dari perilaku korupsi. Bahkan, seorang yang memiliki integritas dan kapasitas yang tidak diragukan lagi dalam pemberantasan korupsi juga tercebur ke dalam lembah korupsi nan nista.

Reformasi mental ini harus dibangun sejak dini. Kalau perlu sejak lahir harus kita tanamkan budaya malu atas perilaku korupsi yang selalu berusaha mengambil hak orang lain dan tidak memperdulikan perilaku sosial atas sesamanya. Bila perlu dicanangkan tahun bebas anti korupsi hingga benar-benar menjadi mental dan sekaligus budaya baru masyarakat kita.

Motto "menjadi seikat sapu yang bersih sebelum membersihkan lantai yang kotor dan bernoda" kiranya bisa dijadikan slogan utama bagi seluruh stakeholder bangsa ini. Dalam kamus kehidupan tidak ada yang tidak mungkin. Korupsi yakin masih bisa diberantas dengan segala kekuatan niat dan ketegasan bertindak.

Bangsa ini harus bisa menorehkan catatan terbaik dalam lintasan sejarah Indonesia dan dunia sekali pun bahwa kita bisa menjadi bangsa yang terbebas dari korupsi. Dengan suksesnya pemberantasan korupsi maka seluruh cita-cita besar bangsa dan rakyat Indonesia mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera akan lebih mudah tercapai. Amien

BERITA DARI UNAI

UNAI Last Vesper and Christmas Ceremonyacara vesper terakhir UNAI yang bertemakan Natal ini mendapatkan antusias yang meriah dari Mahasiswa serta para Staff dan Dosen UNAI . Acara ini dimulai pukul 19.00 WIB dan ada banyak partisipan yang turut berpartisipasi , seperti Nursing Jubilee, Unceasing Cantica, Jesus 2 Exalt (J2E), Heaven Bound Choir, Witnessing Sound, Fekon Choir, Children Choir, Witnessing Ensemble, Children Ensemble,UNAI Chorale yang membawakan Cantata yang sangat bagus . Acara ditutup oleh doa dari Pst. B. D. Nainggolan .

posted by willyam manasye @ 12.55  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
 
About Me


Name: willyam manasye
Home: jakarta, jakarta, Indonesia
About Me: aku adalah seorang manusia yg terlahir sebagai manusia berdosa...
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Free Blogger Templates